Saturday, June 15, 2013

Rawa Pening : Tempat Asyik Buat Memancing


rawa pening
(Indahnya Rawa Pening)
Pada liburan ini, seminggu di rumah rasanya belum cukup menghilangkan rasa kangenku pada rumah dan kampung halamanku, Sumowono, sebuah kota kecil di bawah kaki Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Berbagai aktivitas yang bernuansa santai dan hiburan seperti mencoba menu masakan baru, melihat-lihat kebun serta sawah, mengunjungi tempat-tempat kuliner atau hanya sekedar bersantai ria di depan televisi telah aku lakukan. Tinggal satu lagi yang belum : memancing di Rawa Pening.

Aku memang hobi memancing meskipun tidak dapat dikatakan ahli. Akhirnya aku pun menghubungi temenku serta adik dan saudara kerabatku yang tinggal satu RT. Janji pun dibuat, dan besok pagi kami sepakat akan pergi memancing ke Rawa Pening, salah satu tempat wisata Semarang.

Pukul 9 pagi kami berempat berangkat menuju lokasi pemancingan yang melegenda itu dengan mengendarai 2 sepeda motor. Dengan berbekal keyakinan akan dapat banyak ikan, kami susuri jalanan beraspal sambil sesekali membayangkan hasil tangkapan ikan yang akan dibawa pulang. Dengan jarak dari rumah (Sumowono) ke lokasi pemancingan yang tak kurang dari 20 km, kami berkendara melewati titik-titik wisata lainnya seperti Bandungan, Ambarawa, kemudian baru Rawa Pening.

Sesampainya di sana yang terlihat pertama kali adalah hamparan air yang tenang dan sebagiannya dipenuhi hijaunya tanaman enceng gondok. Tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat ini oleh warga sekitar memang sengaja dibudidayakan untuk aneka produk keterampilan yang bernilai jual tinggi. Di beberapa titik, para pemancing lain juga sudah mulai menempatkan diri dengan keterampilan dan gayanya masing-masing.

Langit yang cerah seakan merestui perburuan ikan pagi itu. Kami memilih posisi memancing agak ke tengah sehingga harus menceburkan diri ke air. Pada jarak ini airnya tidak begitu dalam, sekitar setinggi lutut orang dewasa. Namun di beberapa titik ada yang cukup dalam sehingga kalau tidak berhati-hati bisa membuat pakaian basah semua. Kami berhenti di sekitar 50 meter dari tepi dan mulailah memancing sambil berdiri dengan gaya masing-masing. Sebenarnya kalau tidak mau capek-capek berdiri di tengah rawa, bisa saja dengan menyewa perahu dayung milik warga sekitar. Dengan cukup ngasih uang sekitar 10 ribu, kita sudah dapat duduk manis seharian di atas perahu sambil menunggu umpan di makan.

Hampir satu jam berlalu tanpa satu ikan pun memakan umpan. Salah satu temanku sudah mulai mengeluhkan panas dan pegal-pegal karena terlalu lama berdiri . Tapi alhasil, sesaat kemudian strike demi strike terasa di gagang pancing. Semangat pun kembali. Satu, dua dan beberapa ikan pun mulai nyantol di mata kail mulai dari yang kecil-kecil hingga yang hampir sebesar telapak tangan. Setidaknya ada 2 jenis ikan yang kami tangkap yakni ikan mujahir dan sepat.  Sebenarnya masih banyak jenis ikan lain seperti ikan gabus, lele dan nila. Hanya saja ikan-ikan itu tidak mudah untuk dipancing entah karena memang sulit atau karena jumlah ekosistemnya yang tak banyak. Untuk memancing di sana, gagang pancingnya harus panjang (di atas 3 meter) agar umpan yang dilempar cukup jauh dari kaki, sehingga ikan tidak takut mendekat.

Menjelang sore hari kami memutuskan untuk pulang, dengan jumlah tangkapan ikan mujahir dan ikan sepat yang tak sampai 2 kilo. Tapi tak mengapa, yang penting perasaan sudah cukup puas dan terhibur.


baca juga :

No comments:

Post a Comment